Kamis, 06 Oktober 2011

Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

                                                   
Ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas.

Menurut Stahl (2005) guru harus memperhatikan dasar-dasar konseptual model belajar kooperatif, antara lain:
1. Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran
2. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
3. Ketergantungan yang bersifat positif
4. Keterbukaan dalam interaksi pembelajaran
5. Tanggung jawab individu
6. Heterogenitas kelompok
7. Sikap dan perilaku sosial yang positif
8. Debriefing ( refleksi dan internalisasi )
9. Kepuasan dalam belajar.
Konsep-konsep di atas dalam pelaksanaannya sering muncul anggapan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif cukup satu atau beberapa konsep dasar saja yang ditargetkan. Anggapan ini berakibat efektifitas dan produktifitas model ini secara akademis kurang optimal. Untuk menerapkan model ini guru perlu memahami dan mampu mengembangkan rancangan pembelajaran yang memungkinkan ter-aplikasinya seluruh konsep dasar dari model ini. Guru perlu mengembangan suasana yang kondusif bagi kelompok belajar dan hubungan-hubungan yang bersifat interpersonal di antara sesama anggota kelompok. Syarat utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana mengkondisikan siswa untuk bekerjasama sebelum memulai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Macam-macam Model Pembelajaran kooperatif

Secara struktural, menurut Stahl (2005) alur pembelajaran model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik, yang membedakan dengan model belajar lainnya, yaitu:
1. Individual accountability
2. Social skills
3. Positive interdependence
4. Group processing
5. Face-to-face Promotive interaction
Proses pembelajaran model kooperatif mendasarkan perancangan dan pelaksanaannya pada dasar pemikiran filosofis yaitu “getting better together”, artinya bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan sehingga siswa mampu mengkondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar mengajar dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana “kebersamaan” bukan saja di dalam kelas tetapi juga di luar kelas.
Untuk mengefektifkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, guru harus memutuskan hal-hal sebagai berikut: (Stahl, 2005)
1. Jumlah dan besarnya kelompok siswa yang akan dibentuk
2. Keanggotaan kelompok siswa harus bersifat hiterogen
3. Materi dan sistem kerja yang akan diterapkan dalam pembelajaran
4. Pengaturan ruangan dan posisi masing-masing kelompok dalam kelas,
5. Pola dan bentuk alat evaluasi yang akan digunakan untuk menilai siswa.
Adapun macam-macam tipe dalam model pembelajaran kooperatif, antara lain sebagai berikut:
1. Student Team Achievement Division (STAD)
2. Jigsaw (tim ahli)
3. Investigasi Kelompok
4. Pendekatan Struktural
Ke-empat tipe tersebut di atas memiliki karakteristik yang mirip tetapi ada perbedaan dalam penerapannya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw (tim ahli) merupakan salah satu tipe yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tipe jigsaw diterapkan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang teridiri dari 5 atau 6 siswa. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, dimana setiap anggota bertanggung jawan untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dari pokok-pokok materi. Sebagai contoh topik materi “kegiatan perekonomian” seorang siswa mempelajari tentang produksi, siswa lain mempelajari konsumsi, siswa lain lagi mempelajari distribusi, dan siswa lainnya lagi mempelajari tentang harga, dan yang terakhir mempelajari keuntungan. Anggota dari berbagai kelompok yang mempelajari topik yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan mempelajari topik bagiannya. Kumpulan dari siswa yang mempelajari satu topik yang sama ini dinamakan kelompok ahli (tim ahli). Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah dipelajari dari kelompok ahli tadi kepada anggota kelompok asal atau kelompknya sendiri. Untuk lebih jelas lihat ilustrasi dalam gambar berikut ini.

Kelompok Asal

(dibentuk dari kelompok asal siswa yang heterogen)
Kelompok Ahli
Kelompok ahli terdiri dari satu siswa kelompok asal

Pada hakekatnya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengandalkan sesama teman sekelompoknya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa bisa belajar dari sesama temannya dalam mempelajari suatu topik kajian. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa yang dikirim ke kelompok ahli, bertanggung jawab untuk mempelajari topik tertentu yang diberikan guru dan sekaligus membelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya. Dengan demikian siswa tersebut memiliki tanggung jawab mempelajari topik tertentu sampai memahami yang kemudian dibelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok belajar, karena belajar dalam model kooperatif ini harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif”, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antar kelompok dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok (Slavin,2001). Disamping itu, pola hubungan kerjasama memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan agar berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsihnya pada kelompoknya. Menurut Stahl (2005) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan siswa sebagai bagian penting dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengembangkan suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, rileks di antara anggota kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan-keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan saling percaya sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar, karena setiap saat mereka bisa melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Tipe jigsaw atau tim ahli ini bisa menjadi alternatif yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terutama untuk melatih keterampilan sosial (social skill) dalam upaya mewujudkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial, yaitu: meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. Model ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan menghasilkan beberapa keunggulan dan nilai lebih dalam upaya pengembangan potensi diri siswa, yaitu: ( Stahl, 2005 )
1. Meningkatkan rasa tanggung jawab individu
2. Menumbuhkan ketergantungan yang bersifat positif
3. Memungkinkan terbinanya hubungan yang bersifat terbuka
4. Memungkinkan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial secara optimal
5. Melatih siswa untuk hidup bermasyarakat
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memfokuskan perhatian pada beberapa aspek, yaitu:
1. Penggabungan penggunaan tipe-tipe pembelajaran secara kelompok, seperti: formal
cooperative learning, informal cooperative learning, dan cooperative learning base on-
group.
2. Komponen-komponen dasar dalam bekerjasama, yaitu: ketergantungan yang positif,
interaksi langsung yang terbuka, kemampuan-kemampuan individual, keterampilan-
keterampilan sosial dan proses kerja kelompok.
3. Menumbuhkan suasana kerjasama rutin dalam kelas, seperti: penerapan model
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran.
Disamping mendorong siswa dalam menuju ketercapaian tujuan, penerapan tipe jigsaw juga menumbuhkan kegairahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model tersebut menumbuhkan suasana pembelajaran yang dinamis, dimana siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran semata-mata melainkan juga sebagai tutor bagi siswa lainnya (Slavin, 2001). Hal ini karena setiap anggota kelompok memiliki dua tanggung jawab dasar, yaitu: (1) mempelajari dan memahami materi atau bahan ajar, (2) membantu teman belajarnya untuk mampu memahami dan mengerti seperti yang ada pada dirinya. Konsep tutor sebaya merupakan salah satu karakteristik tipe jigsaw, yaitu pada saat belajar secara kolaboratif dalam suasana kebersamaan di kelompok kecil, akan tumbuh berkembang interaksi yang positif di antara siswa. Selain itu, siswa bukan hanya berusaha memahami materi tetapi juga dituntut untuk mengembankan potensi dirinya secara optimal untuk kesuksesan kelompoknya.

2. Langkah-langkah Penerapan Tipe Jigsaw

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah peran guru dalam merancang struktur kelompok yang akan diterapkan pada siswa. Struktur kelompok yang teridiri dari 5 – 6 orang anggota tersebut harus bersifat hiterogen, sehingga pengenalan dan pemahaman guru terhadap siswa dan kelasnya sangat menentukan efektifitas dan produktifitas model ini, baik dalam perolehan hasil belajar maupun proses pelatihan dalam pengembangan keterampilan sosial siswa. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan tertulis yang diberikan guru. Misalnya dalam mempelajari topik “jenis-jenis pekerjaan”, seorang siswa mempelajari tentang jasa, siswa lainnya mempelajari produksi, siswa lainnya lagi mempelajari pegawai negeri sipil, sedangkan siswa lainnya lagi mempelajari pegawai swasta. Anggota kelompok lain yang temanya sama berkumpul membentuk kelompok sendiri, sehingga kelompok ini disebut kelompok ahli. Anggota kelompok ahli tersebut setelah kembali kepada kelompok asal menjadi nara sumber untuk tema yang dibahas pada kelompok ahli.
Berdasarkan konsepsi di atas, maka langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, secara umum dapat dijelaskan operasionalnya sebagai berikut: (Slavin, 2001 )
1. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Disamping itu, guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Lalu guru membentuk kelompok ahli yang anggotanya merupakan utusan dari masing-masing kelompok asal. Dalam merancang program, guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa dari masing-masing kelompok ahli yang mencerminkan sistem kerja kelompok kecil. Artinya bahwa materi dan tugas itu untuk dibelajarkan pada kelompok ahli dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok ahli. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang dicapai dan diperlihatkan siswa. Hal ini perlu dikemukakan agar siswa memahami apa yang harus dikerjakan selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Langkah kedua, dalam kegiaan pembelajaran di kelas, guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok ahli tentang tema tertentu agar ketika kembali kepada kelompok asal, siswa dari kelompok ahli bisa memberi penjelasan pada teman-temannya di kelompok asal. Guru tidak lagi menyampaikan seluruh tema materi secara panjang lebar kepada seluruh kelompok karena pemahaman dan pendalaman materi akan dilakukan anggota tim ahli kepada kelompok asal. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi agar siswa memiliki wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, guru melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar obervasi yang telah dirancang sebelumnya.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru membimbing dan mengarahkan siswa baik secara individual maupun kelompok dalam hal memahami materi maupun sikap serta perilaku siswa selama kegiatan belajarnya. Pemberian pujian dan kritik membangun merupakan aspek yang penting untuk dilakukan guru pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual maupun secara klasikal.
4. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini guru bertindak sebagai moderator. Dalam melakukan refleksi diri, guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif. Artinya, pengembangan ide, saran dan kritik terhadap proses pembelajaran harus diupayakan berasal dari siswa, kemudian barulah guru melakukan perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan kritik yang berkembang.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, guru harus mampu mengcover kehidupan masyarakat dalam suasana pembelajaran di kelas sehingga siswa mempunyai konsep dan merasakan suasana masyarakat yang sebenarnya. Dengan demikian siswa mampu memahami sedini mungkin realita masyarakat yang akan diterjuni kelak di kemudian hari.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dikembangkan dalam tulisan ini, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan, antara lain:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa mempunyai kontribusi yang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar apabila guru memiliki kreatifitas kinerja yang profesional dalam mengembangkan pembelajaran di kelas.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan pemahaman materi, pengembangan sikap dan keterampilan sosialnya. Peningkatan hasil belajar siswa ini diperoleh dari suasana keterbukaan dan kepedulaian guru dalam mengembangkan iklim pembelajaran demokratis, terbuka, kooperatif dan kolaboratif akademik dalam iklim kemitraan.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif serta interaktif. Dalam model pembelajaran ini ada upaya peningkatan kegairahan, motivasi, dan keakraban antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya. Peran guru sebagai manager pembelajaran yang demokratis sangat menentukan aktifitas interaksi dan kreatifitas ber-interaktif.

Saran-saran
Beberapa saran yang bisa dikemukakan dalam tulisan ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, guru disarankan untuk sesekali menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya , sehingga pencapaian tujuan bisa lebih efektif dan efisien.
2. Suasana keterbukaan, demokratis dan kolaboratif perlu diciptakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, agar pemahaman pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial siswa bisa berkembang secara lebih optimal.
3. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, perlu dibangun komunikasi yang aktif dan interaktif, sehingga kegairahan dan motivasi siswa dan guru dalam pembelajaran bisa ditingkatkan.

0 komentar:

Posting Komentar