Senin, 07 November 2011

Konsep Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia (Nurhadi,2004). Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi.

            Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Dengan proses organisasi ini, manusia dapat memahami sebuah informasi baru yang didapatnya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan struktur pengetahuan yang dimilikinya, sehingga manusia dapat mengasimilasikan atau mengakomodasikan informasi atau pengetahuan tersebut.
            Proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses adaptasi ini, Piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nurhadi,2004), yaitu skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, Skemata
            Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia cenderung mengorganisasikan tingkah laku dan pikirannya. Hal itu mengakibatkan adanya sejumlah struktur psikologis yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau tingkatan perkembangan tingkah laku dan kegiatan berpikir manusia. Struktur ini disebut dengan struktur pikiran (intellectual scheme). Dengan demikian, pikiran harus memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan adaptasi dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara intelektual.
            Piaget mengatakan bahwa skemata orang dewasa mulai dari skemata anak melalui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak skemata yang dimilikinya. Dengan demikian, skemata adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi.
Kedua, asimilasi
            Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Misalnya, seorang anak belum pernah melihat ‘seekor ayam’. Stimulus ayam yang dialaminya akan diolah dalam pikirannya, dicocok-cocokkan dengan skemata-skemata yang telah ada dalam struktur mentalnya. Mungkin saja skemata yang paling dekat dengan ayam adalah “burung”, maka ia akan menyebut ‘ayam’ itu sebagai “burung besar”. Ketika dipahaminya bahwa hewan itu bukan ‘burung besar’ tetapi ‘ayam’, maka terbentuklah skemata ‘ayam’ dalam struktur pikiran anak itu.
            Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tapi memengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan skemata. Asimilasi merupakan proses kognitif individu dalam usaha mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Asimilasi terjadi secara kontinu, berlangsung terus-menerus dalam perkembangan intelektual anak.
Ketiga, akomodasi
            Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya skemata baru dan berubahnya skemata lama. Dalam akomodasi terjadi perubahan kualitatif, sedangkan asimilasi merupakan perubahan kuantitatif. Pada hakikatnya akomodasi menyebabkan terjadinya perubahan atau pengembangan skemata. Sebelum terjadi akomodasi, ketika anak menerima stimulus baru, struktur mentalnya menjadi goyah atau tidak stabil. Bersamaan terjadinya akomodasi, struktur mental anak tersebut menjadi stabil kembali. Begitulah proses asimilasi dan akomodasi terjadi terus-menerus dan menjadikan skemata manusia berkembang bersama dengan waktu dan bertambahnya pengalaman.
dalam asimilasi, individu memaksakan struktur yang ada padanya kepada stimulus yang masuk. Artinya, stimulus dipaksa untuk memasuki salah satu yang cocok dalam struktur mental individu yang bersangkutan.
            Dalam akomodasi, individu dipaksa mengubah struktur mentalnya agar cocok dengan stimulus yang baru itu.
Asimiliasi dan akomodasi bersama-sama secara terkoordinasi dan terintegrasi menjadi penyebab terjadinya adaptasi intelektual dan perkembangan struktur intelektual.


Keempat, Keseimbangan (equilibrium)
            Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan, individu berusaha untuk mencapai strukutur mental atau skemata yang stabil. Stabil dalam artian adanya keseimbangan antara proses asimilasi dan proses akomodasi. Jean Piaget menyebut dengan keseimbangan (equilibrium). Dengan adanya keseimbangan ini, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain, terjadi keseimbangan antara faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.
            Proses adaptasi juga dipengaruhi oleh faktor herediter dan lingkungan, sehingga hal ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan proses asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Faktor keturunan yang baik berkaitan dengan proses-proses adaptasi akan mempengaruhi, walaupun faktor lingkungan lebih memiliki pengaruh.
            Adaptasi adalah keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi.
Jadi, perkembangan intelektual adalah suatu proses yang kontinyu dari keadaan seimbang-tak seimbang-seimbang dan yang terjadi setiap saat, pada setiap fase perkembangan manusia.
            Jean Piaget membagi fase perkembangan manusia  ke dalam empat perkembangan (Mar’at, 2005), yaitu:  periode sensori (0-18/24 bulan), periode operasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11 tahun), operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Tabel Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
Usia/Tahun
Gambaran
Sensorimotor
0-2
Bayi bergerak dari tindakan refleks instingtif pada saat lahir sampai permulaan pikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
Operational
2-7
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Kata-kata dan gambar gambar menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
Concerte operational
7-11
Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
Formal Operational
11-15
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik
Sumber: diadaptasi dari Santrock

2.        Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
            Menurut Vygotsky (Elliot,2003,52), belajar merupakan proses yang melibatkan dua elemen penting . pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga, munculnya perilaku seseorang karena intervening kedua elemen tersebut. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar.
            Vygotsky sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Vygotsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Dalam belajar, zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih antara apa yang bisa dikerjakan seseorang dengan kelompoknya  atau dengan bantuan orang dewasa. Maksimalnya perkembangan zone proximal ini tergantung pada intensifnya interaksi antara seseorang dengan lingkungan sosial.
            Menurut Vygotsky (Slavin,1994), fungsi mental tingkat tinggi biasanya ada dalam percakapan atau komunikasi kerjasama di antara individu-individu (proses sosialisasi) sebelum akhirnya itu berada di dalam diri individu (internalisasi). Vygotsky ingin menjelaskan bahwa adanya kesadaran sebagai akhir dari sosialisasi tersebut.
            Dalam belajar bahasa, ucapan pertama dengan orang lain bertujuan untuk komunikasi, akan tetapi jika sekali menguasainya, ucapan atau bahasa akan terinternalisasi dalam diri orang itu dan menjadi “inner speech” atau “private speech”. Private speech dapat diamati ketika seorang anak berbicara pada dirinya sendiri ketika menghadapi suatu masalah yang sulit.
Perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan perkembangan bahasanya. Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Ellio,2003):
·      Prientelectual Speech, yaitu tahap awal dalam perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan dengan adanya proses dasar secara biologis (menangis, mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti menghentakkan kaki, menggoyang-goyangkan tangan) yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti berbicara dan berperilaku. Manusia dilahirkan dengan kemampuan bahasa untuk digunakan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga perkembangan bahasa menjadi lebih maksimal.
·      Naive psycology, yaitu tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak ‘mengeksplore’ atau menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka. Pada tahap ini, anak mulai memberi nama atau label terhadap objek-objek tersebut dan telah dapat mengucapkan beberapa kata dalam berbicara. Ia dapat mencapai pemahaman verbal dan dapat menggunakannya untuk berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga hal ini dapat lebih mengembangkan kemampuan bahasanya yang akan mempengaruhi cara berfikir dan lebih meningkatkan hubungannya dengan orang lain.
·      Egocentric spech, tahap ini ketika anak berusia 3 tahun. Pada tahap ini, anak selalu melakukan percakapan tanpa memedulikan orang lain atau apakah orang lain mendengarkan mereka atau tidak.
·      Inner speech, tahap ini memberikan fungsi yang penting dalam menggerakkan perilaku seseorang.

            Ide dasar lain dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan atau bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar,kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan itu setelah anak mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.

0 komentar:

Posting Komentar