Senin, 07 November 2011

Tentang Piano Klasik Kaitannya Dengan Matematika

Menurut muqqadimmah Al-Quran dan Terjemahannya (penerbit CV Wicaksana, 1994) bab Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan, halaman 115, Abu Nashr Muhammad bin Tharkhan Al-Farabi atau Al Phanabius (wafat tahun 961 M) adalah pencipta alat musik yang dinamai Al-Qanun yang kemudian ditiru oleh orang Barat dengan nama piano.
Menurut hasil penelitian ilmiah di Amerika Serikat, belajar piano klasik berpengaruh nyata terhadap kecerdasan dan kemampuan akademis seseorang. Saya setuju dengan pernyataan itu, tapi dengan catatan lingkungannya mesti kondusif.

Banyak orang mengatakan bahwa orang yang pandai atau suka matematika, mudah belajar musik klasik, dengan piano atau alat musik lain. Kemudian menurut koran PR 4 Juli 2001, musik klasik tingkatkan logika murid. Selanjutnya, matematika secara praktis dapat dikatakan sebagai logika yang disimbolkan. Berarti, mungkin ada kaitan antara matematika dengan musik klasik.
Memang belajar musik klasik berkenaan dengan membaca simbol (not balok, tanda-tanda yang lain, dan berbagai istilah musik), menghitung ketukan, mengolah hasil membaca dan menghitung tadi menjadi kalimat-kalimat musik, menganalisis kalimat-kalimat musik itu, menginterpretasikannya, menyimpulkannya, dan ahirnya mengekspresikannya dalam bunyi yang indah. Jadi sangat mungkin bahwa ada korelasi positif antara tingkat kepandaian dalam matematika dengan tingkat keberhasilan dalam belajar musik klasik.
Tetapi tidak demikian dengan yang terjadi pada anak sulung saya. Dia tidak suka bahkan benci matematika sejak di SD, sehingga saya membawanya berkonsultasi dengan psikolog. Dia belajar piano klasik sejak umur 6 tahun hingga sekarang. Sampai umurnya 13 tahun, dorongan saya sangat kuat agar dia tetap belajar piano. Setelah lewat fase kritis itu, dia “lari” sendiri. Sekarang dia tidak mau berhenti, apalagi setelah baru-baru ini berhasil jadi finalis kompetisi piano tingkat Jawa Barat. Ia berencana mengambil pendidikan piano jenjang S1 di Perancis, setelah menyelesaikan S1 sastra Perancisnya di Unpad. Mudah-mudahan…..!!!!
Jadi, tanpa suka apalagi pandai matematika, orang bisa belajar piano klasik sampai tingkat advance, dan logika berpikirnya menjadi terasah baik (terbukti ya tulisan PR…!)
Kasus anak saya itu merupakan salah satu bukti bahwa treatment memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan bakat terhadap keberhasilan main piano. Menurut pakar musik, bakat hanya menyumbang 20%, selebihnya treatment dan ketekunan.
Mengingat zaman sekarang serba instant, saya memandang belajar piano sebagai sarana untuk mengasah daya juang seseorang, karena piano merupakan alat musik manual.
Beberapa tahun yang lalu, sahabat saya, Dr Roni Kastaman memberi saya seberkas laporan penelitian di luar negeri tentang peningkatan produktivitas berbagai tanaman tertentu akibat diberi treatment musik klasik karya Mozart, Bach, dan Vivaldi. Lupa dimana saya menyimpannya, tapi saya yakin ada. Kalau tidak salah, ada yang meningkat sampai 500% lho………..

0 komentar:

Posting Komentar